Sabtu, 31 Mei 2014

PENDALAMAN ALKITAB Matius 13:53-58


Pada bagian terakhir tentang hal Kerajaan Sorga, Tuhan Yesus tidak lagi mengajar menggunakan perumpamaan tetapi Tuhan Yesus membukakan akan kondisi riil dan bagaimana seharusnya orang berespon terhadap Kerajaan Sorga. Penduduk Nazaret harusnya sangat bersyukur atas anugerah besar sebab Tuhan Yesus, Sang Kebenaran itu sendiri datang dan mengajar dengan penuh hikmat dan kuasa yang luar biasa bahkan dicatat mereka sangat takjub namun ironisnya, mereka menolak Yesus karena mereka mengenal orang tua dan semua saudara Yesus. Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, Sang Raja dan Dia telah membuktikan siapa diri-Nya dengan pengajaran-Nya dan kuasa mujizat yang dahsyat, mereka sangat takjub namun semua kekaguman ini langsung hilang setelah mereka melihat dari aspek kerajaan dunia Yesus tidak lebih hanya seorang anak tukang kayu.
Kalau seandanya Tuhan Yesus adalah seorang anak Raja, maka pastilah respon dan pandangan orang di Nazaret akan diri Yesus menjadi berbeda, mereka akan menghormatiNya. Mata manusia menilai segala sesuatu dari sudut pandang dunia seperti status, kekayaan, jabatan sehingga orang sulit melihat misi Kerajaan Sorga akibatnya orang menjadi kecewa. Keadaan inilah yang terjadi saat ini karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan sehingga muncul penolakan dan perlawanan dalam diri. Seandainya, orang-orang di Nazaret dapat melihat setitik saja dari sudut pandang Allah bahwa secara kapasitas, Yesus anak tukang kayu ini berbeda dibandingkan dengan orang lain, hanya Mesias yang sanggup melakukan kuasa mujizat dan hanya anak Allah saja yang mempunyai hikmat yang begitu luar biasa, maka reaksi dan respon mereka pasti berbeda, orang akan semakin menyembah Dia karena Dia adalah Raja atas segala raja.
Dari nats bacaan kita hari ini, kita perlu memperhatikan dan belajar bahwa cara pandang kita terhadap sesuatu sangat menentukan reaksi dan respon kita. Oleh sebab itu melalui renungan ini mari kita belajar memandang, menilai sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Memandang dan menilai orang lain bukan hanya dari sudut pandang kita tetapi dari sudut pandang Tuhan Yesus memandang dan menilai mereka. (ER)

PENDALAMAN ALKITAB MATIUS 22: 34-40


Nats memberikan penekakanan pada dua hukum pertama dan utama yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu:
Pertama: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Perintah yang pertama yang diajarkan adalah perintah untuk mengasihi Allah. Mengasihi Allah dilakukan melalui tiga cara yaitu: 1). Mengasihi Allah dengan segenap hati “all your heartKata segenap hati Kata hati dalam bahasa Yunani menunjuk kepada pusat, sumber kehidupan manusia. Kasih kita kepada Allah itu adalah kasih yang bersumber dari dari dalam hati. Kita mengasihi Allah dengan segenap kehidupan kita. 2) Mengasihi Allah dengan segenap jiwa “with all your soul”.  Kata jiwa dapat diartikan sebagai nafas hidup atau menunjuk kepada  segala aspek kehidupan manusia yang meliputi keinginan, perasaan, emosi. Dengan demikian maka mengasihi Allah di sini dilakukan dalam setiap nafas kehidupan kita, dengan melalui keinginan, peraaan dan emosi yang kita miliki haruslah digunakan untuk mengasihi Allah. 3) Mengasihi Allah dengan segenap akal budimu with all your mind”. Kata akal budimu dapat diterjemahan sebagai pikiran, pengertian, pemahaman. Kita harus mengasihi Allah dengan segala yang kita pikirkan, dengan segala pemahaman dan pengetahuan yang kita miliki.
Jadi melalui hukum yang pertama dan terutama kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap keberadaan kita; Ia harus menjadi prioritas Tuhan dengan segenap keberadaan kita; Ia harus menjadi prioritas lebih dari segala yang ada. Kasih ini tidak hanya diucapkan lewat kata-kata tetapi diwujudkan dalam tindakan. Bukti utama kita mengasihi Tuhan adalah melakukan perintah-perintahNya dan hidup dalam ketaatan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu."(Yohanes 14:15). Mengasihi Tuhan berarti menjadi pelaku firman dan hidup dalam pertobatan. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6).
Kedua: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Perintah yang kedua yang sama dengan perintah yang pertama adalah perintah untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Kata “sesamamu” dalam terjemahan NAS dan KJV menggunakan neighbor yang dapat diartikan tetangga, orang yang berada di dekat atau di sekitar kita. Kasih kita kepada sesama tidak dibatasi oleh ras, agama, karakter. Setiap orang yang kita temui, yang ada di sekitar kita, haruslah kita kasihi dan perlakukan seperti diri sendiri.

PENDALAMAN ALKITAB MATIUS 20: 29-34


Perikop Matius 20: 29-34 menceritakan mujizat penyembuhan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dua orang buta. Lembaga Alkitan Indonesia  memberi judul pada perikop ini adalah “Yesus Menyembuhkan Dua Orang Buta.” Peristiwa ini sangat jelas menunjukkan, bahwa mujizat penyembuhan itu terjadi karena adanya belas kasihan Tuhan Yesus kepada kedua orang buta tersebut. Dari perikop ini kita dapat belajar dari sikap kedua orang buta ini, yang akhirnya dapat menarik perhatian dan belas kasihan Tuhan Yesus, yaitu:  
Pertama: Berseru kepada Tuhan Yesus
Ketika kedua orang buta itu mengetahui bahwa Yesus lewat di jalan itu, maka yang mereka lakukan adalah mereka berseru “Tuhan Anak Daud, kasihanilah kami”. Lewat seruan kedua orang buta ini mereka berisi “pengakuan mereka akan Kristus” Tuhan anak Daud menunjuk kepada Sang Mesias, sang Raja yang diurapi yang telah dinubuatkan dari sejak Perjanjian Lama. Selain itu seruan kedua orang buta ini mengandung permohonan yang ditandai dengan kata “kasihanilah kami” berilah kemurahan, berilah belas kasihan. Kedua orang buta ini menyadari bahwa mereka membutuhkan belas kasihan Tuhan dalam persoalan yang mereka sedang hadapi. Saat kita sedang menghadapi persoalan, pergumulan, bahkan saat membuat rencana dalam kehidupan kita, mari datang pada Tuhan, memohon belas kasihanNya.
Kedua: Tidak menyerah meskipun ada tantangan
Ketika kedua orang buta itu berseru kepada Tuhan untuk mendapat pertolongan, orang yang disekitarnya bukan menolongnya tetapi orang yang ada disekitarnya malah menegor dan menyuruhnya diam. Kata menegor dalam terjemahan NAS menggunakan kata sternly dan KJV menggunakan kata “rebuked” dapat diterjemahkan dengan secara tegas dilarang atau dimarahi, orang banyak memarahi mereka, menyuruh mereka untuk diam. Orang banyak menegor, melarang mereka untuk berseru. Tetapi yang kedua orang buta itu lakukan adalah semakin keras berseru. Dengan suara yang lebih keras mereka berseru kepada Yesus. Kedua orang buta itu tidak menyerah dengan situasi yang terjadi. Situasi yang terjadi tidak mampu membendung pengharapan dan kerinduan mereka untuk mendapat belas kasihan Tuhan Yesus. Saat mengahadapi situasi yang tidak baik, yang tidak kita harap, bahkan keadaan yang melemahkan iman pengharapan kita. Jangan pernah menyerah pada keadaan tersebut. Tetapi teruslah berseru, berharap pada Tuhan Yesus. Karena setiap kesulitan yang terjadi akan membuat kita lebih kuat berharap kepadaNya.